MAKALAH
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Disusun Oleh :
Nama : Epi Fitriani
NIS : 11951
Kelas :
XII TKJ-C
Sekolah Menengah Kejuruan
Sakti Gemolong
2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita
masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Penulis sangat
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan
agama dengan judul perkembangan islam di Indonesia. Disamping itu, Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, penulis
memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran
sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu
mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Agama
Islam lahir dan berkembang di Jazirah Arab. Para mubaliggh Islam kemudian menyebarkan agama Islam ke wilayah
sekitar Arab. Dalam perkembanagannya, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia,
termasuk Indonesia. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh ara pedagang muslim
dari Arab dan India sekitar abad ke-7M. Para pedagang muslim tersebut
melakukan kegiatan perdagangan sambil menyebarkan agama Islam. Agama Islam
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, sehingga dapat dengna cepat
tersebar ke pelosok nusantara. Kehadiran agama islam pada abad ke-6 Masehi
membawa kemajuan peradaban di Jazirah Arab dan sekitarnya.
Peradaban
dunia Arab yang semula terbelakang, menjadi peradaban yang maju dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan Daulah Islamiah,
wilayah kekuasaan Islam semakin luas, hingga mencapai daratan Eropa. Para
mubalig kemudian mengajarkan agama islam kepada penduduk di seluruh wilayah
kekuasaan islam tersebut. Sehingga islam dapat tersebar sampai jauh di luar
Arab. Dalam perkembangan selanjutnya, islam tersebar sampai keseluruh benua di
dunia.
B.
Rumusan
Masalah dan Penyelesaian
1.
Bagaimana
perkembangan Islam pada periode pertengahan?
Penyelesaian :
ü Mengetahui sejarah perkembangan
Islam pada periode pertengahan.
ü Dapat mengambil hikmah dari sejarah
perkembangan Islam pada periode pertengahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya
Islam Ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama Hijrah atau abad ke tujuh/ke delapan masehi. Ini
mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang
bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau
1082 M. Sedangkan menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang
mengunjungi Samudra Pasai dalam perjalanannya ke Negeri Cina pada 1345M, Agama
islam yang bermadzhab Syafi’I telah mantap disana selama seabad. Oleh karena
itu, abad XIII biasanya dianggap sebagai masa awal masuknya agama Islam ke
Indonesia.
Ketika Islam datang di Indonesia,
berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha,
sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.
Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Agama Islam berasal dari tanah Arab dan dari tanah Arab
berkembanglah agama Islam kemana-mana, diantaranya ke Gujarat (India) dan
Persia. Demikian pula berangsur-angsur meluas kearah timur hingga Semenanjung
Malaka. Menurut kesimpulan “Seminar Masuknya
Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam masuk ke Indonesia sudah
semenjak abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M). “Seminar Masuknya Islam di Indonesia” tersebut menghasilkan
keputusan sebagai berikut :
1.
Menurut
sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijrah (abad ke 7/8 M) dan langsung dari Arab.
2.
Daerah
yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3.
Mubaliq-mubaliq
Islam pertama yang datang ke Indonesia merangkap sebagai saudagar.
4.
Penyiaran itu di Indonesia dilakukan secara damai.
5.
Kedatangan
Islam membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian
bangsa Indonesia dalam menahan penderitaan dan perjuangan melawan penjajahan
bangsa asing.
B.
Cara masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad ke-1 atau ke-2 H. Rute yang
dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.Jalur Utara, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ;
Damaskus – Bagdad – Gujarat – Srilangka – Indonesia Jalur Selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat –
Srilangka – Indonesia Daerah
yang mula-mula menerima Agama Islam adalah Pantai Barat pulau Sumatera. Dari
tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa tempat
penyebarannya adalah :
a. Pesisir Sumatera bagian Utara di
Aceh
b. Pariaman di Sumatera Bara
c. Gresik dan Tuban di Jawa Timur
d. Demak di Jawa Tengah
e. Banten di Jawa Barat
f. Palembang di Sumatera Selatan
g. Banjar di Kalimantan Selatan
h. Makassar di Sulawesi Selatan
i.
Ternate,
Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku
j.
Sorong
di Irian Jaya
C.
Jalur-jalur yang Penyebaran Agama
Islam di Indonesia:
1.
Melalui
jalur perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena
orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi
setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang
ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka
mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka
berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Melalui jalur perkawinan
Para pedagang muslim itu ada yang
menetap di Indonesia dan menikah dengan penduduk setempat. Sudah barang tentu
mereka menjadi keluarga muslim dan penyebar agama Islam yang gigih.
3.
Melalui
jalur tasawuf
Dengan tasawuf, bentuk Islam yang
diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehinnga agama baru itu mudah
dimengerti dan mudah diterima. Kehidupan mistik bagi masyarakat Indonesia
sudah menjadi bagian dari kepercayaan mereka. Oleh karena itu, penyebaran Islam
melalui jalur tasauf atau mistik ini mudah diterima karena sesuai dengan alam
pikiran masyarakat Indonesia. Misalnya, menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan
kesaktian dalam proses penyebaran Islam kepada penduduk setempat.
4.
Melalui
jalur pendidikan
Pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.
Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara
adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan
Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.
Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku,
Ternate, hingga ke NusaTenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat
strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
5.
Melalui
jalur kesenian
Penyebaran
Islam melalui kesenian berupa wayang, satra, dan berbagai kesenian lainnya.
Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo
untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka
telah tertarik kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya mereka
tertarik karena media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh
seniman wayang. Ia tidak pernah meminta bayaran pertunjukkan seni, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian
cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabrata dan Ramayana, tetapi di dalam
cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian
lain juga dijadikan media islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan
sebagainya), seni arsitektur, dan seni ukir.
6.
Melalui
jalur Politik
Artinya
penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya kesultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
D.
Perkembangan Islam di Beberapa
Wilayah di Indonesia
a) Perkembangan
Islam di Sumatera
Daerah Pertama dari kepulauan
Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera bagian Utara, seperti Pasai dan
Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di tepi selat Malaka, tempat
lalu lintas kapal-kapal dari India. Pada abad XIII-XV M berdiri kerajaan
Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan
Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di tepi sungai Pasai dan berdiri
sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang memerintah Samudra Pasai berturut-turut
sebagai berikut :
1.
Sultan
Al Malikus Shaleh
2.
Sultan
Al Malikuz Zahir I
3.
Sultan
Al Malikuz Zahir II
4.
Sultan
Zainal Abidin
5.
Sultan
Iskandar
Persia
dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di bandar-bandar
sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang
sebelumnya telah diislamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga Muslim.
Para mubalig pada waktu itu juga ke Cina. Para pedagang dari India, yakni
bangsa Arab berdakwa kepada para Raja-raja kecil, ketika raja tersebut masuk
Islam, rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam sehingga berdirilah kerajaan
Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Seiring dengan kemajuan Samudera
Pasai yang sangat pesat, perkembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan
dukungan penuh dan para ulama serta mubalignya menyebar ke seluruh nusantara.
b) Perkembangan
Islam di Jawa
Masuknya
Islam di Pulau Jawa pada awalnya dibawa oleh pedagang muslim setelah berdirinya
kerajaan Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa Sultan Mansursah.
Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak, Jepara, Tuban dan Giri.
Melalui hubungan perdagangan tersebut, akhirnya masyarakat Jawa mengenal Islam.
Adapun
gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga,
yaitu:
a.
Maulana
Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan
Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli
pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren.
Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik .
b.
Raden
Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M.
Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan
Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang
artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa
Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
Mendirikan pesantren di Ampel Denta,
dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti :
·
Raden
Paku (Sunan Giri)
·
Raden
Fatah (Sultan Demak pertama)
·
Raden
Makhdum (Sunan Bonang)
·
Syarifuddin
(Sunan Drajat)
·
Maulana
Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
·
Berperan
aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
·
Mempelopori
berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan
pertama.
c.
Sunan
Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana
Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang
keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah
naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai
mufti tanah Jawa.
d.
Sunan
Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465.
Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik
Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e.
Sunan
Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak
menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita
wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang
Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia
utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam
rangka dakwah Islam.
f.
Sunan
Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin
(putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang
sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah,
antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g.
Syarif
Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung
Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia
memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia
juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu
Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi
Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h.
Sunan
Kudus
Nama
aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun
1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan
salah satu warisan budaya Nusantara.
i.
Sunan
Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau
Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan
menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau
dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
c) Perkembangan
Islam di Sulawesi
Masuknya Islam di Sulawesi, tidak
terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena sunan Giri
melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar pulau Jawa,
seperti Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan murid-muridnya ke
Madura, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan
telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan Tallo. Penduduknya banyak yang memeluk
agama Islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, Pada
masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh
pedagang Portugis. Selain untuk berdagang, mereka juga bermaksud untuk
mengembangkan agama katolik. Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang
di daerah itu.
d) Perkembangan
Islam di Kalimantan
Berdasarkan prasasti-prasasti yang
ada disekitar abad V M di Kalimantan Timur telah ada kerajaan hindu yakni
kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan Hindu yang lain adalah kerajaan
Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan.
Pada abad XVI Islam memasuki daerah
kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun 1590 kerajaan Sukadana resmi menjadi
kerajaan Islam, yang menjadi sultan pertamanya adalah sultan Giri Kusuma.
Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan Muhammad Syafiuddin. Beliau banyak
berjasa dalam pengembangan agama Islam karena bantuan seorang muballigh bernama
Syekh Syamsudin.
Di kalimantan Selatan pada abad XVI
M masih ada beberapa kerajaan Hindu antara lain Kerajaan Banjar, Kerajaan
Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Daha. Kerajaan-kerajaan ini
berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika
Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak segera menyebarkan agama Islam
ke Kalimantan Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk Islam dan ganti nama
dengan Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan Demak dapat mengalahkan
Kerajaan Negaradipa. Setelah itu agama Islam semakin berkembang di Kalimantan.
Diatas
telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan sebagai
kerajaan Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan terutama
Sombaopu, maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai terletak
di tepi Sungai Mahakam maka para pedagang yang lalu lalang lewat selat Makasar
juga singgah di Kutai. Sebagai muballigh mereka tidak menyianyiakan waktu untuk
berdakwah. Islam akhirnya dapat memasuki Kutai dan tersebar di Kalimantan Timur
mulai abad XVI.
e) Perkembangan
Islam di Maluku dan sekitarnya
Penyebaran
Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal
dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada
saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa berjalan
dengan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Pada
abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan menghadapi
tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan Spanyol pada
tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada permulaan abad XVII
Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang bertahun-tahun di Ambon.
Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore selalu bertentangan sehingga menjadi
makin lemah dan tidak mampu membendung meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda
mulai menjajah Indonesia dimulai dari Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun
1605.Berangsur-angsur Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada
tahun 1669 dapat ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang
mampu bertahan sampai akhir abad XIX. Dalam rangka mempertahankan wilayah dan
kelangsungan pengembangan Islam, maka kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan
mudah menyerah, bahkan mengadakan perlawanan terhadap penjajah. Sehingga banyak
berjatuhan pahlawan-pahlawan muslim, antara lain :
1.
Sultan
Iskandar Mahkota Alam dari Aceh
2.
Sultan
Agung dari Mataram
3.
Sultan
Ageng Tirtayasa dari Banten
4.
Sultan
Hasanudin dari Makasar
5.
Sultan
Babullah dari Ternate
6.
Imam
Bonjol dari Sumatra Barat
7.
Teuku
Umar dari Aceh
8.
Pangeran
Diponegoro
Perkembangan Islam tidak hanya
tergantung pada raja-raja, tetapi perang para muballigh juga menetukan. Pada
abad XVI muncul ulama-ulama besar seperti Hamzah Fansuri, Abdul Rauf Singkil,
Syekh Nuruddin Ar Raniri yang ketiganya dari Aceh dan Syekh Yusuf Tajul
Khalwari dari Makasar.
Pada abad itu umat Islam menghadapi penjajah terutama dari Eropa dengan membawa agama Nasrani yang telah berpengalamn dalam Perang salib.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para mubalignya
Pada abad itu umat Islam menghadapi penjajah terutama dari Eropa dengan membawa agama Nasrani yang telah berpengalamn dalam Perang salib.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para mubalignya
E. Peranan Perkembangan Islam di Indonesia
1. Masa
penjajahan
a. Peranan
Umat Islam pada masa Penjajahan
Sebelum bangsa Belanda masuk ke
Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia telah memeluk agama Islam.
Ajaran Islam telah diamalkan dengan baik oleh sebagian besar kaum muslimin.
Keyakinan bahwa manusia disisi Allah SWT adalah sama, tidak ada perbedaan drajat kecuali dalam
hal iman dan taqwanya kepada Allah SWT, menumbuhkan kesadaran terhadap kemandirian
dan kebebasan untuk menentukan arah dan tujuan kehidupannya, baik kehidupan
pribadi, bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Perubahan yang terjadi
pada mayoritas masyarakat Indonesia setelah dianutnya agama Islam:
ü Masyarakat Indonesia dibebaskan dari
pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta dibimbing agar menghambakan diri
hanya kepada Allah, Tuhan yang maha Esa.
ü Rasa persamaan dan rasa keadilan
yang diajarkan islam mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut
sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya
mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan hak-hak yang sama.
Semangat
cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan”Hubbul-watan minaliiman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mamou
mengubah cara berpikir masyarakatIndonesia, khususnya para pemudanya, yang
dulunya bersifat sectarian (lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi
bersifat nasionalis. Hal ini ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda yang
bernama Jong Indonesia pada bulan februari 1927 dan dikumandangkannya sumpah
pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Semboyan yang diajarkan Islam yang
berbunyi “Islam adalah agama yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan”
telah mampu mendorong masyarakat Indonesia untuk melakukan usaha-usaha
mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.
b. Perlawanan
Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan
a)
Perlawanan terhadap Penjajah Portugi
Pada
tahun 1522 Portugis telah menetap dan mendirikan benteng pertahanan di wilayah
Sunda Kelapa (Jakarta). Portugis disamping berdagang juga membawa ajaran agama
Khatolik. Melihat keadaan seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir.
Maka pada tahun 1526 tentara Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju
Sunda Kelapa melalui jalan laut. Selanjutnya Fatahillah berhasil berusaha
mengusir tentara Portugis dalam peperangan yang sengit terjadi dan akhirnya
Portugis kalah. Sunda Kelapa dapat direbut Fatahillah pada 22 Juni 1527 M
kemudian Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta, kemudian sekarang
menjadi Jakarta (Ibukota Negara).
Pada masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah Belanda sudah menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung berusaha mengusir penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya tidak berhasil. Dan pada tahun 1629 beliau melakukan penyerangan lagi ke Batavia dengan kekuatan yang lebih besar. Namun karena persenjataan Belanda lebih modern, akhirnya perlawanan itu dapat dipatahkan. Demikian pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan Hasanuddin di Sulawei Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, dan daerah-daerah lainnya mereka dengan dukungan masyarakatnya berjuang dan berperang mengusir penjajah Belanda.
Pada masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah Belanda sudah menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung berusaha mengusir penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya tidak berhasil. Dan pada tahun 1629 beliau melakukan penyerangan lagi ke Batavia dengan kekuatan yang lebih besar. Namun karena persenjataan Belanda lebih modern, akhirnya perlawanan itu dapat dipatahkan. Demikian pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan Hasanuddin di Sulawei Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, dan daerah-daerah lainnya mereka dengan dukungan masyarakatnya berjuang dan berperang mengusir penjajah Belanda.
b)
Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
Belanda telah melakukan penindasan dan penjajahan terhadap
bangsa Indonesia yang semakin lama semakin kuat kekuasaannya, di seluruh
Nusantara. Perbuatan Belanda yang demikian sangat bertentangan dengan
nilai-nilai agama Islam yang dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia, dan
nilai-nilai peri kemanusian dan keadilan.
Melihat keadaan seperti ini kaum muslimin yang terhimpun
pada kerajaan Islam pada waktu itu di seluruh Nusantara mengadakan perlawanan
secara terpisah, masing-masing menentang penjajahan Belanda. Kesultanan
Banten di pulau Jawa yang berulang kali mengadakan perlawanan terhadap penjajah
Belanda. Terutama pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah Banten dari
tahun 1651-1682 M, sangat anti terhadap penjajahan Belanda. Perjuangan mengusir
penjajah itu terus menerus dilancarkan sampai akhir pemerintahan Beliau di
Kesultanan Banten.
2. Masa
Perang Kemerdekaan
a)
Peranan Umat Islam pada Masa
Kemerdekaan
Perilaku kaum penjajah makin lama
makin kejam terhadap bangsa Indonesia. Penindasan, kesewenang-wenangan dan
ketidak adilan penjajah merajalela. Bangsa Indonesia tertindas, miskin,
terbelenggu oleh kaum penjajah.
Kaum
muslimin yang merupakan penduduk terbesar bangsa Indonesia sangat merasakan
perilaku kaum penjajah itu. Para ulama bersama kaum muslimin bangkit, berusaha
membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah itu. Di seluuh pelosok
Nusantara kaum muslimin bangkit untuk merebut kembali kemerdekaannya yang telah
dirampas oleh penjajah. Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan berjuang terus
tiada henti-hentinya dengan segala pengorbanan, baik berupa harta maupun
jiwa. Pejuang muslim dan pahlawan
kemerdekaan itu antara lain:
ü K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym
Ashari, HOS Cokroaminoto di Pulau Jawa,
ü Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut
Nyak Dien, Cut Mutiah, Panglima Polim (Aceh)
ü Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud
Badruddin (Palembang)
ü Raden Intan (Lampung) di Sumatra
ü Pangeran Antasari di Kalimantan
ü Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan
lain-lain yang tersebar diseluruh Nusantara.
Para pejuang muslim itu dengan ikhlas dan
semangat jihad berjuang di jalan Allah SWT menentang dan mengusir penjajah
Belanda maupun Jepang dengan pengorbanan harta benda, jiwa dan raganya.
3. Peranan
Organisasi Islam dan Pondok Pesantren pada masa Perang Kemerdekaan
Sejak
awal Islam masuk ke Indonesia dan pada masa perkembangan selanjutnya, ulama
Islam menempatkan pendidikan sebagai tugas utama. Wujud kongkrit pendidikan
adalah pesantren dan muridnya disebut santri. Tempat pendidikannya ada yang
menyatu dengan masjid dan ada juga yang secara khusus dibangun biasanya dekat
masjid.
Melalui
pesantren ulama mendidik santri mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan terutama
mengenai ilmu agama. Disini diajarkan tentang keimanan, ibadah, Al Qur’an,
akhlak, Syariah, muamalah dan tarikh. Selain itu ditanamkan pengertian hak dan
kewajiban kaum muslimin sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial
serta perjuangan untuk memperoleh hak kemerdekaan yang telah dirampas oleh kaum
penjajah.
Santri
yang belajar di pesantren datang dari berbagai suku dab daerah. Setelah mereka
selesai belajar, umumnya mereka kembali ke daerah asalnya kemudian mereka
mendirikan lagi pesantren dan mengajarkan agama di daerahnya masing-masing,
sehingga tersebarlah pesantren dan pendidikan agama ke seluruh pelosok tanah
air. Pesantren sebagai tempat mendidik generasi muda muslim, para santri
dididik dan dipersiapkan untuk menjadi kader umat dan pemimpin masyarakat.
Belanda
mengetahui keadaan dan perkembangan pesantren, kemudian mengawasi kegiatan
pondok pesantren, karena tempat itu dianggap sebagai tempat pembinaan kader
umat yang akan menentang kekuasaannya. Hubungan dan jalinan santri, ulama/Kyai
dan masyarakat kaum muslimin sangat kuat, mereka bersama-sama menghadapi
penjajah, namun usaha itu banyak mengalami kegagalan karena belum tertibnya
organisasi dan masih lemahnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Kaum
muslimin menyadari bahwa perjuangan tnpa dihimpun dalam suatu organisasi yang
baik akan mengalami kesulitan dan kegagalan. Setelah putra-putri kaum muslimin
banyak memperoleh pendidikan di luar negri, di Eropa dan Timur Tengah serta
meningkatkan peranan pendidikan di pondok pesantren, timbullah kesadaran mereka
untuk membuat perkumpulan organisasi yang modern yang berciri khas keagamaan. Organisasi
Keagamaan tersebut, yaitu:
1.
Syarikat
Dagang Islam
Syarikat
Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun
1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus
Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup
bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.
2.
Jam’iatul
Khair
Berdiri
pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau
Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.
3.
Al-
Irsyad
Al
Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang
dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.
4.
Perserikatan
Ulama
Gerakan
modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di
Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun
1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan
yatim piatu pada tahun 1930 M.
5.
Muhammadiyah
Muhammadiyah
didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan
tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi
gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.
6.
Nahdatul
Ulama
Didirikan pada bulan Januari 1926
oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama
Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu
Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam
seperti Pesantren.
Para Kyai dan santri juga mendirikan
organisasi bersenjata untuk melawan penjajahan Belanda yaitu Hizbullah dan
gerakan-gerakan kepanduan Islam.
Organisasi tersebut mendidik, membina dan melatih generasi muda muslim mengenal berbagai pengetahuan dan semangat perjuangan, dalam menentang penjajahan. Hasil tempaan dan pendidikan disini menumbuhkan semangat juang sehingga lahirlah tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan HOS Cokroaminoto K.H. Ahmad Dahlan K.H Hasyim Asy’ari dan lain-lain.
Organisasi tersebut mendidik, membina dan melatih generasi muda muslim mengenal berbagai pengetahuan dan semangat perjuangan, dalam menentang penjajahan. Hasil tempaan dan pendidikan disini menumbuhkan semangat juang sehingga lahirlah tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan HOS Cokroaminoto K.H. Ahmad Dahlan K.H Hasyim Asy’ari dan lain-lain.
4. Masa
Pembangunan
a.
Peranan Umat Islam pada Masa
Pembangunan
Setelah
merdeka, bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum muslimin secara bertahap
mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala bidang, pembangunan fisik
material berupa perbaikan sarana transportasi, pertanian, perumahan dan
perekonomian, sehingga pembangunan fisik material secara bertahap makin lama
makin meningkat. Pembangunan bidang mental seperti meningkatkan pemahaman,
penghayatan dan pengamalan ajaran agama, meningkatkan pendidikan, mengembangkan
kehidupan dan sosial kemasyarakatan yang aman tertib dan rukun juga
dilaksanakan.
Kaum
muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan menselaraskan
pembangunan materiil dan spirituil dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berdaulat, adil dan makmur. Kaum muslimin bersama segenap anggota bangsa
Indonesia lainnya kini mengatur dan memerintah bangsanya sendiri. Pemerintahan
dilaksanakan dengan cara yang demokratis. Keamanan, ketertiban dan
kesejahteraan sosial terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga persatuan
dan kesatuan bangsa, sehingga terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur
dengan penuh limpahan rahmat dan ridha Allah SWT, sesuai dengan cita-cita
kemerdekaan yang dituangkan dalam UUD 1945.
b. Peranan
Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi
Islam yang sejak zaman penjajah selalu membina dan mendidik umat dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan mengembangkan semangat perjuangan menentang
penjajah, maka setelah merdeka usaha itu pada dasarnya tetap terus dikembangkan
dan ditingkatkan lebih baik. Sikap menentang penjajahan dialihkan dan diganti
dengan sikap giat, semangat dan etos kerja untuk mencapai ketinggian ilmu
pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengisi
pembangunan bangsa.
Dalam
rangka ikut serta meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan kualitas
masyarakat telah diupayakan melalui pendidikan pada jalur sekolah. Didirikanlah
oleh organisasi-organisasi Islam berbagai lembaga pendidikan dari jenjang
pendidikan dasar seperti SD, SMP, pendidikan menengah seperti SMA dan
pendidikan tinggi seperti Universitas dan Institut yang tersebar diseluruh
daerah. Diantara oragnisasi Islam yang giat dalam bidang pendidikan dan
kemasyarakatan ialah Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama,
Al-Washliyah, Al-Irsyad, Djamiat Khair, GUPPI, PUI, Al-Khairat, ICMI dan
lain-lain.
c. Peranan
Para Individu Muslim dalam Pembangunan
Organisasi Islam yang berperan dalam
pembangunan Nasional bukan hanya mereka yang tergabung dalam organisasi. Banyak
orang Islam secara pribadi baik sebagai dokter, dosen, pejabat negara, wakil
rakyat di DPR, pengusaha, Cendikiawan, petani, guru, pengrajin, dan lain-lain
mereka semuanya melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan profesi
dan keahliannya masing-masing. Tanpa terikat dengan organisasi keagamaan,
mereka menyumbangkan dharma baktinya kepada nusa dan bangsa. Memang menjadi
umat Islam tidak harus menjadi anggota organisasi atau partai Islam. Menurut Al
Qur’an orang Islam yang baik adalah yang paling bertakwa, yang beriman kepada
Allah dan beramal shaleh, dimanapun mereka berada.
d. Peranan
Lembaga Pendidikan dalam Masa Pembangunan
Lembaga pendidikan Islam dalam
kegiatannya lebih menekankan pembinaan, peningkatan ilmu pengetahuan dan
kecerdasan masyarakat melalui pendidikan pada jalur sekolah dan luar sekolah.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas yang melalui jalur
pendidikan sekolah biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum, seperti SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah,
Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi agama seperti IAIN.
Melalui pendidikan ini secara
bertahap ilmu pengetahuan bertambah meningkat dan Sumber Daya Manusia lebih
berkualitas. Dengan meningkatnya kualitas masyarakat maka hasil kerja
masyarakatpun semakin meningkat. Dengan demikian meningkatnya hasil umat
melalui jalur luar sekolah, antara lain dilaksanakan melalui pengajian, Taman
Bacaan Al Qur’an, kursus-kursus ilmu keagamaan dan pembinaan di Masjid-Masjid.
Demikanlah betapa besar peranan
kelembagaan pendidikan Islam dalam pembangunan pembangunan bangsa erat
kaitannya dengan sumber daya manusianya sebagai pelaksana pembangunan itu
sendiri.
F. Manfaat
yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia
a.
Mengetahui
dan memahami sejarah perkembangan Islam di Indonesia
b.
Mengetahui
dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
c.
Menjadi
cermin untuk memacu kehidupan yang lebih baik
d.
Mempelajari
sejarah agar dapat melakukan perubahan yang lebih baik
e.
Menghargai
kerja keras para pahlawan bangsa
f.
Kehadiran para pedagang Islam yang telah
berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan
nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada
di nusantara ini.
g.
Hasil
karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber
pengetahuan.
h.
Kita
dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut :
1.
Menjadikan
masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
2.
Mampu
membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur
hingga ke seluruh pelosok Nusantara.
3.
Mampu
memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama,
baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
4.
Seorang
ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang
penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi
berikutnya.
5.
Para ulama dan umara bersatu padu mengusir
penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.
G. Hikmah
perkembangan Islam di Indonesia
Setelah
memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang
khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil
hikmah, diantaranya sebagai berikut:
ü Islam membawa ajaran yang berisi
kedamaian. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang
memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
ü Terjadi akulturasi budaya antara
Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara
tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
Comments
Post a Comment